Selasa, 15 Maret 2011

RADIO : Media pelestari dan pengembang sastra jawa

1. "Radio The Forget Medium" demikian judul pengantar sebuah judul tentang media masa yang diterbitkan oleh The Freedom Forum Media Studies Centre University Columbia, Amerika Serikat pada musim semi 1993. isi artikel itu memang tidak secara langsung gayut dengan hal ikhwal seni budaya jawa, tetapi judulnya sengaja dikutip di sini karena memiliki kesamaan makna dengan topik makalah. Radio siaran di Indonesia memang telah lama dilupakan peranya dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya jawa atau dalam makalah ini selanjutnya disebut sastra jawa radio.
sudah lebih dari 65 tahun radio di indonesia memainkan peran penting dalam pelestarian dan pengembangan sastra jawa radio, namun sangat sedikit kajian yang telah dibuat mengenai hal itu.Tidak adanya perhatian dari pihat luar mengusik rasa ketidak adilan para pengerja sastra jawa radio. sejujurnya sering terbesit pertanyaan, apakah yang dilakukan oleh para pengerja sastra jawa radio selama ini tidak mempunyai makna sosial sehingga tidak memperoleh apresiasi yang baik dari kalangan akademisi, peneliti dan elit. padahal defakto, radio siaran di indonesia telah membuat banyak dalam upaya pelestarian dan pengembangan sastra jawa radio. bahkan dalam hal-hal tertentu, apa yang telah diperbuat oleh kalangan radio siaran belum tertandingi oleh institusi mana pun.
2. Satra Jawa Radio di masa Kolonial Belanda
    Keberadaan sastra jawa radio tidak bisa dipisahkan darei sejarah kelahiran radio siaran di Indonesia, Khususnya RRI. sejak lahirnya SRV ( Solose Radio Vereneging ) 1 April 1933 di bawah pimpinan Ir. Sarsito Mangunkusumo, dan dimulainya siaran MAVRO ( Mataramse Voor Radio Omroep), 22 Februari 1934 sastra jawa radio mendapat tempat terhormat dalam program siaran. Materi siaran pada SRV dan MAVRO bertumpu pada sastra jawa. Responden masyarakat terhadap acara-acara seni budaya Jawa yang disiarkan oleh kedua radio tersebut juga sangat tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar